Belajar menari merupakan bagian integral dari kehidupan kita dan telah sejak zaman manusia gua. Ada tarian untuk upacara dan ritual. Masyarakat suku di Afrika, Australia
dan bagian lain dari dunia, menggunakan tarian seremonial dan ritual
untuk memanggil para dewa untuk membantu dengan pertanian, keberhasilan
dalam berburu, kesuburan atau masalah suku lainnya. Ada juga tarian
khusus dipilih untuk menenangkan para dewa, dan menari untuk mengirim
roh-roh orang mati saat istirahat.
Seperti sepak bola
modern, Yunani kuno memiliki "setengah-waktu" selama pertandingan 8
abad mereka di Olympia. Pada waktu istirahat, para penari akan keluar ke
lapangan dan menghibur kerumunan dengan tarian mencolok dan rumit,
seperti pemandu sorak hari ini keluar ke rumput untuk melakukan kacamata
rumit dan menghibur. Ada rasa harapan bersemangat di udara yang jauh
seperti setengah-waktu di pertandingan sepak bola hari ini.
Meskipun tari masih memiliki unsur ritual untuk itu, hari-hari ini dilakukan lebih untuk bersenang-senang. Dancing
dapat menjadi perasaan yang menyenangkan dan memabukkan. Banyak orang
yang mengambil kelas tari untuk manfaat kesehatan juga. Ada banyak
membungkuk dan peregangan diperlukan untuk beberapa bentuk tarian,
sehingga mereka belajar untuk menari secara alami menjadi lebih
fleksibel dari waktu ke waktu.
Dancing latihan semua kelompok otot utama dengan memaksa otot untuk
tahan terhadap berat tubuh penari. Mengangkat dan membungkuk akan
memperkuat otot-otot di bahu belakang, dan lengan. Otot kaki
membangun lebih banyak dengan tarian yang melibatkan melompat dan
melompat. Karena menari adalah bentuk latihan, sehingga meningkatkan
daya tahan tubuh seperti latihan lainnya akan. Pada awalnya, belajar
menari akan melelahkan. Seiring waktu, menari akan menjadi lebih mudah
karena daya tahan penari membangun.
Dancing tidak hanya latihan tubuh tetapi melibatkan pikiran. Selama
tarian ritual suku, para penari memasuki keadaan agak hipnotis. Kelas
tari melibatkan belajar langkah-langkah tarian, bagaimana bergerak,
bagaimana membungkuk dan meregangkan dan bagaimana untuk menyinkronkan
gerakan tari dengan satu atau lebih orang. Beberapa tarian hanya
melibatkan satu atau dua orang. Tarian lain mungkin memiliki ratusan
orang yang terlibat sebagai langkah serta rumit koreografer.
Studi telah menunjukkan orang yang terlibat dalam kelas tari atau kegiatan sosial
lainnya mendapatkan rasa keberhasilan dan memiliki harga diri yang
lebih tinggi untuk diri mereka sendiri. Orang-orang yang memiliki rasa
yang lebih tinggi dari harga diri yang lebih mungkin keluar dan positif
dalam interaksi mereka dengan orang lain.
Tari memiliki manfaat tambahan dari aktivitas fisik meningkat dan pada
saat yang sama mengurangi stres dan ketegangan hidup sehari-hari. Orang
sering menikmati pergi keluar dan menari setelah seharian bekerja keras.
Menari adalah cara yang bagus untuk mengambil istirahat dari kesibukan
sehari-hari dan bersenang-senang juga layak!
Sabtu, 30 Agustus 2014
manfaat tari dalam kehidupan
TARI DALAM KEHIDUPAN MANUSIA
Bangsa Indonesia
terdiri dari bermacam-macam suku yang masng-masing mempunyai ragam
kebudayaan daerah yang menjadi ciri dari suku bangsa tersebut. Kebudayaan mencakup segala atau pola-pola berfikir, merasakan dan bertindak. Semua pola perilaku dan pola-pola berfikir masyarakat merupakan wujud dari kebudayaan. Kebudayaan adalah segala usaha manusia untuk mencapai kesejahteraan manusia. Salah satunya adalah kesenian yang merupakan unsur dari kebudayaan itu. Kesenian memiliki beberapa cabang yang masing-masing mempunyai medium pokok, antara lain : Seni Sastra medium pokoknya bahasa, Seni Rupa medium pokoknya garis-ruang-warna, Seni Teater/Drama medium pokoknya akting, Seni Musik medium pokoknya bunyi atau suara dan Seni Tari medium pokoknya gerak.
Gerak merupakan media yang paling tua dari manusia, untuk menyatakan keinginan-keinginannya. Jika kita perhatikan, bayi yang baru saja lahir, sebagai bukti bahwa ia menggerakkan beberapa anggota tubuhnya. Gerak meruapakan unsur utama dalam tari, maka gerak-gerak yang ditampilkan mengandung maksud atau makna-mana tertentu. Dengan demikian, tari merupakan suatu ungkapan jiwa yang mengunakan medium pokok gerak yang dapat dinikmati dengan rasa. Rasa dalam seni memegang peranan yang sangat penting. Mengapa?
Karena baik seniman penggarap maupun penikmat/pencinta seni sama-sama
menggunakan rasa dalam berkarya dan menghayati karya seni tersebut.
Manusia
normal akan memiliki dan memerlukan santapan-sanatapan yang berwujud
seni yang masing-masing orang akan berbeda pilihan dan kesukaannya. Tari merupakan seni yang mendapat perhatian cukup besar dan memiliki peranan penting dala kehidupan masyarakat. Tari adalah sebuah karya fiksi (rekaan) diciptakan berdasarkan imajinasi tertentu. Imajinasi
yang ditontonkan adalah berupa gerak yang dieksploitir untuk menyatakan
segenap perikehidupan manusia dan gerak yang dipergunakan untuk
mengekspresikan pikiran dan perasaan manusia.
Menurut Kamus Bahasa Indonesia (1999), tari adalah sebuah susunan gerak ritmis yang indah. Sedangkan menurut Sardono W. Kusumo, tari adalah kebiasaan yang turun-temurun dalam masyarakat. Ia
merupakan kesadaran kolektif sebuah kelompok masyarakat, sifatnya
sangat kompleks sekali meliputi kompleksitas kehidupan sehingga sukar
sekali disisihkan dengan perincian yang tetap dan pasti.
Menurut sejarah kebudayaan manusia, tari telah ada sejak manusia ada. Bentuknya yang paling sederhana disebut mimesis artinya tiruan alam sekitar manusia. Tari diciptakan seorang seniman tari (koreografer) dalam masyarakat pendukungnya kemudian diwariskan turun temurun dari suatu generasi ke generasi berikutnya. Dalam
pewarisan itu, ada unsur-unsur yang dipertahankan tetapi ada juga unsur
yang ditambahkan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tari dalam masyarakat pendukungnya telah menjadi Folklore. Tari sebagai karya folklore termasuk dalam Partly Verbal Folklore (Folklore Setengah Lisan).
Tari mempunyai delapan fungsi, yaitu :
1. Sebagai sistem proyeksi diri pribadi atau kelompok masyarakat
2. Untuk mengesahkan kebudayaan
3. Sebagai alat pemaksa berlakunya norma-norma sosial (pengendali sosial)
4. Sebagai alat pendidikan
5. Sebagai pemberi jalan yang dibenarkan oleh masyarkat untuk mencela orang
6. Sebagai pemrotes ketidakadila dalam masyarakat
7. Sebagai pelarian dari himpitan hidup sehari-hari
8. Untuk hiburan
Tari secara umum, dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Tari Tradisi : Bentuk gerakan yang masih asli dan diturunkan langsung dari satu generasi ke generasi berikutnya. Biasanya tarian ini
dalam bentuk upacara adat, upacara ritual dan dilakukan secara massal.
Unsur yang digunakan dalam tarian ini adalah penjiwaan. (Balia, Raego,
Jinja, Vunja)
2. Tari Kreasi : Bentuk tari dengan gerak tradisional atau kedaerahaan yang telah dikembangkan sesuai fungsi dan situasinya. Unsur yang digunakan dalam tarian ini hiburan kepariwisataan.
3. Tari Modern : Bentuk tari yang memegang konsep utuh, biasanya memadukan gerak tradisi dan kreasi dalam satu garapannya. Unsur yang digunakan dalam tarian ini adalah artistik dan konseptualnya. (Tari Balet, Tari Kontemporer, Break Dance, Hip Hop and Floor Dance)
Berdasarkan fungsinya, tari dibagi menjadi tiga yaitu :
1. Tari untuk keperluan uapacara adat : Tarian yang dikhususkan sebagai sarana upacara adat, seperti Balia dan Raego.
2. Tari Pergaulan : Tarian yang berfungsi sebagai sarana untuk emngungkapkan rasa gembira, misal Tari Dero.
3. Tari
Pertunjukan : Tarian yang digarap secara khusus dari pola, estetis
sampai pada konsep yang dikhususnkan untuk pertunjukan indoor ataupun outdoor.
Sementara itu jika dilihat berdasarkan temanya, tari terbagi atas dua, yaitu :
1. Tari Dramatik/Sendra Tari/Musikal : Tarian ini umumnya berbentuk drama terdapat dialog atau narator didalamnya, seperti wayang dan ludruk.
2. Tari Non Dramatik
Tari melihat perubahan-perubahan yang berlangsung dalam masyarakat. Dalam dunia penciptaan tari, arus modernisasi sudah mulai terasa di Indonesia sejak seperempat abad yang lalu (sekitar 1970-an). Hal itu setidak-tidaknya ditandai oleh karya fenomenal Sardono W. Kusumo berjudul “Samgita Pancasona” dan juga gebrakan dari Bagong Kusuadiardjo dengan beberapa karya tarinya. Arus perubahan ini dianggap sudah cukup mapan dan membawa pengaruh baik dalam dunia penciptaan tari di Indonesia.
Dunia penciptaan tari Indonesia sangat bangga memiliki seorang koreogrfer-penari sehebat Sardono W. Kusumo yang telah mulai melakukan “terobosan”nya seperempat abad lalu. Kini
telah terbukti bahwa karya-karyanya dapat berdampingan secara serasi
dengan berbagai tari tradisi Indonesia yang telah mapan dan cenderung
stagnasi.
Modernisasi
penciptaan tari di Indonesia dewasa ini yang semakin beraneka ragam
bentuk dan implementasinya, semata-mata bukanlah kemasan atau hasil
rekayasa terhadap puncak-puncak
kebudayaan Indonesia, lebih dari itu merupakan sebuah ekspresi yang
dilandasi “sikap budaya” sebagai manivestasi proses pemahaman terhadap
berbagai kenyataan yang muncul diseputar para koreografer.
Terobosan
tari dan arus pendobrakan yang dimulai tahun 1970-an membawa dampak
bahwa tari tidak selalu bisa dikaitkan dengan tradisi setempat
semata-mata. Tari menjadi seni
yang sangat berurusan dengan sejarah pribadi atau partisipasi pribadi
yang senantiasa mempertanyakan kemandegan tradisi atau adat yang
membatasi ruang gerak seni dan senimannya.
Dorongan
pribadi seniman untuk berintegrasi dengan perkembangan budaya tari dan
perubahan sosial budaya yang melingkupinya serta membuat koreografi baru
dalam berbagai ragam, corak gaya pribadi sekaligus juga
menginformasikan citra budaya yang sedang berlaku.
Perkembangan tari kontemporer di Indonesia diawali oleh karya Sardono W. Kusumo berjudul “Opera
Diponegoro” (1987) sebua karya kontemporer spektakuler sepanjang masa
yang tak pernah berhenti di pentaskan sejak di Taman Budaya Surakarta
April 1987 hingga terakhir dipentaskan di l’Opea de Paris Maret 2009
dengan lebih dari 200 kali pertunjukan dan melibatkan 150 penari-penari
terbaik seluruh Indonesia. Sejak
itu, Sardono W. Kusumo berhasil menlahirkan anak-anak didik terhebat di
masa mereka masing-masing sebut saja era 90-an ada Mugiono Kasido,
Miroto Martinus, Fajar Satriadi, Wahyu Widayati, Eko Supriyanto dll,
sementara di era 2000-an melahirkan Nungki Nurcahyani, Indah Panca,
Hanny Herlina, Sri Astuti, Lena Guslina, Ni Kadek Yulia, Danang Pamungkas dll.
Sardono W. Kusuma membagi empat tahapan dalam sebuah penciptaan tari kontemporer, yaitu :
1. Post Figurativisme,
bentuk karya baru yang mencoba menawarkan pengungkapan transformasi
sosial budaya serta pandangan akulturatif terhadap perubahan juga
transformasi budaya. Secara maknawi menyajikan perupaan simbolis dari peristiwa-peristiwa yang bergayut pada akar kondisi sosial budaya.
2. Kontemplatif Supranaural, karya tari yang mencoba merambah pada nilai spritual, renungan-renungan nilai mendalam. Perupaan artistik dan maknawainya mencoba menjelajahi perenungan melalui simbol dan media religi atau bahkan mistis.
3. Demo Sosialisme, karya ini cenderung mengungkap ketimpangan sosial politik dan merambah pada kritik.
4. Komposisi, karya baru yang berpijak pada penataan dan perupaan artistik. Lebih
cenderung menyajikan ekspresi penataan gerak instrumen terkaitnya,
perupaan artistik dipandang sebagai pengucapan artistik.
Tari tidak berdiri sendiri, melainkan mempunyai elemen-elemen komposisi tari. Komposisi
Tari (Pengetahuan Koreografi) adalah pengetahua yang harus diketahui
oelh seorang koreografer dari sejak menggarap gerak samapai pada
pengetahuan tata cara memposisikannya pada satu pertunjukan. (Sodarsono,
2000 : 40)
Elemen-elemen komposisi tari tersebut adalah sebagai berikut :
1. Tema
Hal
yang paling pertama dibuat oleh koreografer, memilih tema garapan
tarinya, kemudian melakukan survei, riset ataupun penelitian sebagai
penguat garapannya dan mengembangkan tema-tema tersebut dalam makna
estetika tubuh para penarinya. Kekuatan awal penari berada pada tema yang akan digarapnya sebagai tari.
2. Gerak Tari
Gerak yang hadir pada tiap garapan merupakan gerak yang bermakna. Setiap
gerak itu mampu bercerita pada tubuh agar dapat dipahami oleh penonton.
Yang menjadi sumber utama gerak tari adalah tubuh penari. Disnilah kekuatan kedua yang hadir pada tari yaitu Estetika Tubuh.
3. Desain Lantai
Garis-garis lantai atau titik-titik yang dilalui oleh penari atau biasanya disebut Pola Lantai, dibagi menjadi dua ;
a) Garis Lurus : dapat dibuat kedepan, kebelakang, kesamping atau serong. Garis ini memberikan kesan sederhana tapi kuat.
b) Garis Lengkung ; dapat dibuat melengkukng kemuka, kebelakang atau dalam bentuk beberapa rumusan matematika.
4. Desain Atas
Desain
ini yang bisa dilihat langsung oleh penonton, dimana kesatuan tubuh dan
properti penunjang terlukis jelas pada penari tersebut. Mulai
dari gerakan kepala, leher, tangan (jari), pinggang, tungkai bawah
(kaki, jari, kaki) serta properti yang menjadi keutuhan tubuh.
5. Desain Dramatik
Hal
ini dibutuhkan terutama pada tarian yang memiliki unsur dramatik
didalamnya. Dengan desain dramatik diharapkan struktur dramatik mulai
dari pemaparan cerita, hadirnya klimaks sampai pada penurunan suasana
(kesimpulan).
6. Musik/bunyi
Musik menjadi medium pendukung (bantu) yang tidak dapat dipisahkan dari sebuah garapan tari. Musik/bunyi
yang dipergunakan untuk mengiringi tari harus digarap maksimal sesuai
garapan tarinyan, baik itu dengan alat instrumen penunjang atapun bunyi
tubuh dan alam.
7. Dinamika
Kekuatan yang menjadika tari lebih menarik. Digambarkan sebagai jiwa emosional (rasa) pada gerak. Termasuk didalmnya terdapat pergantian tempo dari cepat-medium-lambat atau sebalaiknya
8. Komposisi Penari
Cara penempatak penari serta gerakannya, yang dibagi menjadi tiga, yaitu :
a) Serempak : gerakan atau pola yang dilakukan secara bersama oleh kesemua penari
b) Berimbang : penari dibagi menjadi beberapa kelompok, dimana gerakan serta pola dipisah menjadi bagian kelompok tadi.
c) Terpecah
: setiap penari memiliki pola sendiri yang berbeda satu dengan yang
lain, baik itu dilakukan secara bersamaan maupun secara individual
terpisah posisi
9. Properti Penunjang
Adapaun properti penunjang dala sebuah garapan tari, yaitu :
a) Kostum : perlu diperhatian warna, model, dan fleksibilitas serta sesuai konsep
b) Tata Rias : menjadi unsur penunjang ekspresi tari baik tradisi, kreasi dan modern
c) Stage : bisa indoor (gedung, pendopo, ruang tertutp dan arena), ataupun bersifat indoor (lapangan, halaman, taman kota ataupun alam)
d) Handprof (Perlengkapan Tari) : digunakan sesuai dengan konsep tari, seperti peding, meja, tombak, kursi, selendang, dll
![]() |
ELEGI |
e) Lighting : sebagai penunjang akhir tetapi penentu dari sebuah kesuksesan tari (khususnya yang berada digedung).
Sabtu, 23 Agustus 2014
sejarh tari
Sejarah Seni Tari
Tari adalah dalah salah satu jenis gerak selain senam, bela diri, akrobatik, ataupantomime. Sebagai seni, tari memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan seni-seni lain.Seni tari secara umum memiliki aspek-aspek gerak, ritmis, keindahan, dan ekspresi.Selain itu, seni tari memilki unsur-unsur ruang, tenaga, dan waktu.Ruang berhubungan dengan posisi, tingkatan, dan jangkauan. Posisi berhubungandengan arah hadap dan arah gerak. Arah hadap, seperti menghadap kedepan,kebelakang, serong kanan, dan serong kiri, arah gerak, contohnya menuju kedepan,kebelakang, memutar, atau zigzag. Tingkatan berhubungan dengan tinggi rens\dahnyaposisi duduk dan level tinggi dengan posisi kaki dijinjitkan atau dengan meloncat-loncat,. Jangkauan berhubungan dengan gerak yang panjang atau pendek, gerak yangbesar atau kecil.Tenaga sangat dibutuhkan dalam seni tari karena dengan tenaga, tari yangditampilkan lebih kreatif. Tenaga dalam seni tari sangat berhubungan dengan rasa danemosi, bukan dengan kekuatan otot. Gerakan tari yang dikendalikan dan diaturdengan tenaga yang berbeda-beda akan membangkitkan kesan yang mendalam, bukanhanya bagi penonton, juga bagi si penari.Jenis dan Peran Seni Tari dalam Konteks Masyarakat dan BudayaSeni tari sangat berhubungan dengan keadaan masyarakat dan budaya setempat. Olehkarena itu, fungsi peranan, fdan jenis-jenisnya pun sangat berhubungan denganmasyarakat dan budaya setempat. Bahkan dalam perkembangannya, seni taridipengaruhi oleh perkembangan masyarakat dan budayanya.Fungsi dan Peranan Seni TariSebagai suatu kegiatan, seni taeri memiliki beberapa fungsi, yaitu seni tari sebagaisarana upacara, seni tari sebagai hiburan, seni tari sebagai media pergaulan, seni tarisebagai penyaluran terapi, seni tari sebagai media pendidikan, seni tari sebagaipertunjukkan, dan seni tari sebagai media katarsis. (Wardhana, 1990 : 21-36).a.Seni tari sebagai sarana upacara.Tari dapat digunakan sebagai sarana upacara. Jenis tari ini banyak macamnya, sepertitari untuk upacara keagamaan dan upacara penting dalam kehidupan manusia..b.Seni tari senagai hiburanTari sebagai hiburan harus bervariasi sehingga tidak menjemukan dan menjenuhkan.Oleh karena itu, jenis ini menggunakan tema-tema yang sederhana, tidak muluk-muluk, diiringi lagu yang enak dan mengasyikkan. Kostum dan tata panggungnyadipersiapkan derngan cara yang menarik.
Langganan:
Postingan (Atom)